HUSNUZZAN TERHADAP SEMUA MAKHLUK
Husnuzzan kepada sesama manusia maksudnya, senantiasa memandang dan berprasangka bahwa orang lain tidak mempunyai maksud jahat kepada kita. Selalu mengedepankan dan memilih untuk merespon positif segala sesuatu yang terjadi walau di tengah lingkungan yang paling buruk sekalipun.
a. Contoh-contoh Perilaku husnuzzan Terhadap Sesama Manusia
Tindakan seseorang sangat tergantung pada alam pikirannya. Jika alam pikiran seseorang senantiasa dijejali oleh prasangka buruk, maka dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakatnya akan selalu dipenuhi perasaan curiga pada orang lain, seterusnya akan melahirkan sikap tertutup, tidak mau berbagi informasi dan bekerja sama karena menganggap bahwa orang lain adalah musuh yang sangat berbahaya. Pada akhirnya prasangka buruk (negatif) ini akan berdampak pada diri sendiri juga, yaitu turunnya kinerja, karena tidak ada teman untuk berbagi dan bekerja sama, peluang akan banyak terlewatkan karena orang lainpun akan cenderung menjauh dari kita, bahkan bisa tersingkir dalam pergaulan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku sebagai cerminan ¥usnu§an terhadap sesama manusia antara lain akan terlihat dari sikap seseorang dalam memperlakukan orang lain. Orang yang selalu ber¥usnu§an akan memperlakukan orang lain dengan baik dan menghilangkan sikap curiga. Senang bekerja sama, bertukar pendapat, dan terbuka, juga termasuk perilaku orang yang suka ber¥usnu§an kepada sesama manusia.
b. Praktik Perilaku husnuzzan Terhadap Sesama Manusia
Agar hidup kita bisa tenang dan damai, orang di sekeliling kita juga merasa tenang, damai, dan bahagia hidup bersama dengan kita maka perilaku husnudzon terhadap sesama manusia amat penting untuk dipraktikkan. Karena prasangka positif (husnudzon) terbukti secara efektif mampu merangsang seseorang untuk menunjukkan sikap/perilaku dan prestasi terbaiknya. Berusahalah untuk senantiasa menjadi motivator bagi orang lain dalam menemukan jati dirinya yang positif lewat prasangka positif (husnudzon) yang senantiasa kita lekatkan kepada mereka. Bantulah temanmu untuk melihat dan menemukan hal-hal positif (mujur) di dalam dirinya. Mungkin tulisannya yang indah, suaranya yang bagus, kepandaiannya melukis, atau yang lainnya.
Pada hakikatnya, ketika kita berhasil untuk selalu Husnuzzan kepada Allah SWT, kemudian kepada diri sendiri, maka untuk berhuusnuzan kepada sesama manusia sesungguhnnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.
Jika masing-masing orang mempraktikkan perilaku husnuzzan, baik husnuzzan kepada Allah, kepada diri sendiri, dan kepada sesama manusia dalam kehidupan sesari-hari baik secara pribadi, di keluarga, dan di masyarakat, insya Allah ketentraman, kedamaian, dan kehidupan yang penuh rahmat dan kasih sayang akan bisa kita raih, dan pada akhirnya akan mendapat rida dari Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Alangkah indah dan damainya jika setiap pribadi bisa menjadikan dirinya seperti air, yang senantiasa mengalir dan memberi kesejukan bagi orang lain.
SIKAP TERPUJI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SELAIN MANUSIA
Al-Quran dan Al-Hadits mengandung nilai-nilai ajarang Islam yang sangat lengkap, ajaran tersebut menjadi pedoman hidup dan mengatur berbagai segi kehidupan umat manusia. Selain ajaran akhlakul karimah terhadap Pencipta alam semesta ini, terhadap sesama manusia, kita wajib berakhlakul karimah kepada makhluk Allah yang lain. Ruang lingkup akhlakul karimah mengatur juga tentang bagaimana seorang muslim melakukan komunikasi atau bersikap terpuji terhadap tumbuh-tumbuhan, binatang, lingkungan alam, dan terhadap makhluk ghaib.
a. Sikap terpuji terhadap tumbuh-tumbuhan
Dengan diciptakan-Nya tumbuh-tumbuhan merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT bagi manusia, karena sebagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan, demikian pula makanan binatang-binatang ternak, sebagian besar adalah tumbuh-tumbuhan yang bermacam-mcam jenisnya. Perhatikan firman Allah berikut ini :
Artinya : “ Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” ( Q.S. Thaha : 53 )
Disamping itu, manusia mendapat tugas dari Allah SWT untuk mengelola dan memakmurkan bumi, sebagaiman dijelaskan dalam firman-Nya :
Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS. Hud ; 61)
Allah SWT menciptakan segala jenis tumbuh-tumbuhan dengan sengaja untuk kepentingan makhluk-Nya terutama umat manusia, Dan ternyata hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, ada yang dijadikan bahan bangunan, dibuat obat-obatan, untuk hiasan, untuk bahan makanan, untuk bahan membuat perkakas dan perabotan rumah tangga, dan masih banyak lagi yang lainnya. Disamping itu tumbuh-tumbuhan juga sangat bermanfaat untuk keindahan lingkungan, dan juga sebagian ada yang dijadikan makanan ternak peliharaan seperti kambing, sapi, kerbau dan lain-lain.
Mengingat betapa besar manfaat dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan tersebut, maka sudah selayaknya manusia bertanggung jawab dan berkewajiban untuk merawat nya, menyayangi, dan melestarikannya. Terutama tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan bahan makanan seperti padi, jagung, gandum selalu membutuhkan perawatang yang intensif.
b. Sikap terpuji terhadap binatang (hewan)
Sebagaimana tumbuh-tumbuhan, binatang juga diciptakan untuk kepentingan hidup umat manusia. Berbagai jenis binatang ciptaan Allah, ada yang jinak, ada yang liar, ada yang buas, ada yang hidupnya di laut, ada yang di darat dan yang terbang di angkasa. Semua jenis binatang itu sengaja diciptakan Allah SWT untuk kemanfaatan makhluk-Nya, terutama umat manusia.
Diantara binatang-binatang itu ada yang dipelihara dan diternakkan manusia, karena kemanfaatannya yang langsung dirasakan seperti ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, kuda, lebah dsb. Manfaat-manfaat binatang ternak tersebut ada yang dimakan dagingnya, diminum susunya, bulunya untuk pakaian, kulitnya untuk sepatu, tas, jaket. Lebah menghasilkan madu untuk obat, bahkan kotoran binatang masih bisa dimanfaatkan yaitu untuk pupuk tanaman.
Cara mnyeyangi binatang-binatang itu antara lain :
1). Hewan-hewan piaraan hendaknya diperlakukan dengan baik, misalnya dibuatkan tempat atau kandang yang layak, diberi makan dan minum yang cukup, diobati kalau sakit, kalau kendak disembelih atau dibunuh hendahlah disenbelih atau dibunih dengan cara yang baik pula.
2). Binatang yang kebetulan membutuhkan pertolongan hendaknya ditolong. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairoh ra yang diriwayatkan oleh Muslim dijelaskan bahwa seseorang yang memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan, memperoleh pahala dan ampunan dosa dari Allah SWT.
3). Jangan melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap binatang. Rosulullah SAW melarang umatnya menyiksa induk burung dengan mengambil anaknya, dan juga melarang menjadikan anak burung sebagai bahan mainan, melarang menjadikan binatang sebagai sasaran dalam latihan memanah, larangan untuk memberi cap atau tanda dengan besi yang dibakar pada binatang dan melarang untuk mengurung kucing tanpa diberi makan sampai mati kelaparan.
4). Binatang ternak yang akan dimakan dagingnya tentu harus disembelih lebih dahulu. Menyembelih hewan pun ada peraturannya agar hewan yang disembelih tidak tersiksa. Diantara peraturan tersebut antara laian, ketika akan menyembilih hendaknya memakai alat yang tajam, dan sebelum disembelih, binatang tersebut hendaknya diberi makan sampai kenyang. Ketika menyembelih jangan lupa menyebut nama Allah agar digingnya halal dimakan. Semua ini menunjukkan sikap perilaku baik kita kepada binatang.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW.
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ ﴿رواه مسلم ﴾
Artinya : “ Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik atas segala sesuatu, maka apabila kamu membunuh (hewan) hendaklah membunuh dengan baik, dan apabila kamu menyembelih maka sembelihlah dengan baik, dan hendaklah kamu menajamkan pisaumu, dan hendaklah binatang sembelihan itu disenangkan (dengan cara memberimakan sebelum disembelih)” (HR. Muslim)
c. Sikap terpuji Terhadap Lingkungan Alam
Agama Islam adalah rahmat Allah untuk semesta alam yang artinya rahmat tersebut bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga untuk makhluk hidup selain manusia yaitu alam dan lingkungan hidup.
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar. Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat-lipat. Sebaliknya, alam yang dibiarkan atau hanya di ambil manfaatnya akan mendatangkan mala petaka bagi manusia. Kita dapat menyeksikan dengan jelas bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh akhlak yang buruk terhadap lingkungan seperti hutan yang di eksploitasi tanpa batas sehingga melahirkan mala petaka kebakaran hutan yang menghancutkan tanaman hutan dan habitat hewan-hewannya. Ekploitasi kekayan laut tanpa memperhitunggkan kelestarian ekologi laut telah menimbulkan kerusakan hebat, baik habitat hewan maupun tumbuh-tubuhannya. Sayangnya semua itu dilakukan semata-mata untuk mengejar keuntungan ekonomi yang bersifat sementara, namun akibatnya mendatangkan kerusakan alam yang parah dan tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun.
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak menyadari sifatnya yang sombong, egois, rakus, dan angkuh yang merupakan bentuk akhlak terhadap lingkungan yang sangat buruk dan tidak terpuji. Padahal tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi yaitu sebagai wakil Allah yang seharusnya bertugas mamakmurkan, mengelola, dan melestarikn alam.
Perkatikan Firman Allah SWT Q.S. Ar Rum : 41 :
Artinya : telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
d. Sikap Terpuji terhadap Makhluk Gaib
Dengan Qudrat dan Iradat-Nya Allah SWT telah menciptakan makhluk yang tampak dilihat dengan mata (syahadah) seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dsb, dan juga telah menciptakan makhluk yang tidak tampak oleh penglihatan mata (gaib) seperti malaikat, jin, setan dan iblis.
Jin adalah termasuk makhluk gaib yang keberadaannya wajib kita imani, karena Allah SWT menciptakannya dengan tujuan untuk beribadah. Sebagaimana Firman-Nya :
Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “ (QS Az-Zariyat ; 56)
Perlu kita ketahui bahwa selain ada jin yang taat dan patuh kepada Allah SWT, ada pula jin yang tidak patuh dan tidak taat kepada Allah SWT, diantaranya adalah iblis atau setan. Keduanya adalah makhluk Allah SWT yang asalnya diciptakan dari api yang sngat panas, jauh sebelum diciptakannya Nabi Adam as.
Mengetahui:
Pelindung : Drs.KH. Abdul Qodir Af.
Penanggungjawab : Dr. M. Thoyib, M.Pd
H.Abdul Wahab F. S.P
Penasehat : Ust. M. Shohih, Ust. Baha’udin
Redaksi : Ahmad Muhaimin, M. Wahyudi
Editor : Ahmad Syafawi, Sahal Nazar