Kebutuhan manusia di dunia ini benarnya
sangat sederhana. disebut sederhana tentu bukan tanpa alasan. Sumaith bin
Ajlan pernah berkata, "Perutmu hanyalah sejengkal, wahai anak Adam.
Lalu, bagaimana bisa perut yang sekecil itu membuatmu masuk ke dalam neraka."
Pernyataan Sumaith adalah gambaran betapa rakusnya sebagian manusia dalam
memenuhi kebutuhan mereka hingga menghalalkan segala cara.
Manusia mendapat sesuatu yang haram
bukan lantaran memenuhi kebutuhannya. Ini berawal dari ketamakan yang
berujung pada anggapan bahwa rezeki yang haram adalah sebuah keharusan untuk
dapat menikmati kehidupan di dunia ini. Akibatnya, perilaku korupsi, mencuri,
merampok, mengambil harta yang bukan haknya, menjadi berita sehari-hari.
Di titik kritis inilah dibutuhkan sikap
gone ah yang lebih serius. Sifat Bona' ah berarti menerima jatah rezeki dari
Allah SWT. yang telah ditentukan jauh sebelum kita dilahirkan. Oleh karena
itu, yang menjadi bagian rezeki kita tidak mungkin lepas dari kita. Demikian
juga dengan jatah orang lain. Apa pun usaha kita, tidak mungkin bisa kita
raih. Rasulullah pernah menawarkan kepada para sahabat tentang amalan `sakti'
dalam menjalani kehidupan agar kebaikan lahir mau pun batin menjadi berkah
dan berlimpah. Rasulullah SAW bersabda, "Siapakah yang mau mengambil
dariku kalimat-kalimat ini, lalu ia amalkan atau ia ajarkan kepada orang yang
mau mengamalkannya?"
Abu Hurairah menjawab, "Aku mau,
wahai wahai Rasul." Malta Nabi menyentuh tangan Abu Hurairah lalu berkata,
(Pertama), "ittaqil mahaarima takun a 'badan naas," jauhilah
hal-hal yang haram, maka kamu akan menjadi manusia yang sangat ahli ibadah
kepada Allah SWT. Menjauhi perkara haram akan menjadikan diri kita khusyuk
dalam melaksanakan ibadah dan amal shalih. Makanan haram yang masuk ke dalam
perut kita akan menjadi virus yang merusak konsentrasi kita dalam meraih
ridha Allah SWT. Makanan yang haram akan menjerumuskan kita kepada
tindakan-tindakan negatif.
Rasululllah SAW bersabda,
"....Wahai Ka'ab, daging dan darah yang tumbuh dari barang haram neraka
lebih utama..." (HR. At-Tirmidzi).
Banyak sekali manfaat yang didapat dari
makanan atau harta yang halal. Harta yang halal akan menentramkan hati,
melahirkan kekuatan, membahagiakan keluarga, melahirkan berkah ziyadatul
khair (bertambahnya kebaikan), mendapatkan pahala ketika mencarinya,
melahirkan kekaguman dan cinta di hati sesama.
Oleh karena itu, agar harta tetap
barokah, kita keluarkan hak harta dan berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan
mendapatkan harta yang halal. Juga menghindari risywah (suap), riba, selalu
bertindak professional, dan mensyukuri apa yang didapat.
Tak pernah kita dengar ceritera orang
yang menjaga diri dari harta yang haram karena kuatnya takwa kepada Allah
menjadi melarat atau hidup terlunta-lunta. Takwa justru menjadi motivasi yang
menguatkan usaha kita dalam menjemput rezeki dari Allah. Orang yang bertakwa,
takut kepada yang haram, menghindari diri dari perbuatan curang, akan
dibukakan Allah pintu rezeki yang dilimpahi berkah. Allah akan memberikan
kepadanya jalan keluar dari setiap kekalutan. Allah SWT berfirman, "Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya." (Qs. Ath-Thalaq : 4)
Wasiat kedua, "wardha bimaa
qosamallaahu laka takun a' badan naas," bersikap relalah terhadap bagian
dari Allah, maka kamu akan menjadi manusia yang paling kaya." Dengan
kata lain, manusia yang paling kaya adalah yang qana'ah.
Rasulullah saw bersabda, "Di antara
penghuni surga itu ada tiga kelompok: Pemimpin yang adil berderma pada saat
yang tepat, orang penyayang berhati lembut kepada kerabatnya, dan orang yang
menjauhkan diri dari meminta-minta kepada orang lain." (HR. Muslim).
Rasul SAW juga bersabda : "Berbahagialah orang yang masuk Islam dan diberi
rezeki lalu diberi kepuasan dengan apa yang ada padanya." (HR. Muslim)
Bagaimana agar kita menjadi orang-orang
yang qona'ah? Pertama, berdoa kepada Allah swt agar din tetap qona'ah. Kedua,
menghindari sikap rakus atau tamak. Ketiga, menghilangkan sikap dengki atau
iri hati pada orang lain. Keempat, bersikap ridha terhadap pemberian Allah
Swt. Kelima, bersikap sederhana dalam penggunaan harta atau tidak boros.
Keenam, menghindari syuhrah (ingin tampil beda di hadapan orang). Ketujuh,
tidak riya ', Kedelapan, selalu membantu sesama dan kesembilan, menyadari
keterbatasan.
Wasiat ketiga, "Wa ahsin ilaa
jaarika takun mu 'minan, berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka kamu akan
menjadi seorang mukmin." Salah satu ciri keimanan yang kuat adalah
berbuat baik kepada tetangga. Rasul SAW bersabda: "Tidak akan masuk
surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari perbuatannya." (HR.
Muslim). Rasul SAW juga bersabda, "Malaikat Jibril berkali-kali
memberikan wasiat kepadaku tentang urusan dengan tetangga, hingga aku
menyangka bahwa tetangga akan dijadikan ahli waris." (HR. Bukhari
Muslim)
Ciri tetangga yang baik adalah beribadah
kepada Allah SWT, tidak melakukan pelanggaran agama, tidak menyukai gosip
atau menggunjing, selalu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
kemunkaran, bersikap rendah hati, sopan dan santun, serta memberikan
perhatian kepada sesama.
Di antara hak-hak tetangga adalah
memberinya salam, menghormatinya, memberinya kemudahan dalam segala urusan,
melindungi hak-haknya, tidak menyebarkan aib dirinya, menyampaikan nasihat
dalam kebaikan, membantu secara materi sesuai kemampuan,
mengundangnya sebagai prioritas, dan tidak menyepelekannya.
Wasiat keempat, "Wa ahibba linnaas
maa tuhibbu li nafsika takun musliman, cintailah manusia seperti kamu mencintai
din sendiri, maka kamu akan menjadi seorang muslim." Mencintai orang
lain adalah ciri kebaikan Islam seseorang. Rasul SAW bersabda, "Siapa
yang cinta dan benci karena Allah, memberi dan menolak karena Allah, maka ia
telah memiliki keimanan yang sempurna." (HR. Abu Dawud)
Cinta akan melahirkan kedamaian,
kepeduliaan, perhatian, pembelaan, perlindungan, komitmen, keutuhan,
kesetiaan dan persaudaraan. Agar dapat mencintai sesama, kita hendaknya sadar
bahwa manusia memiliki kesamaan dalam pandangan Allah SWT. Kita harus yakin
bahwa hanya orang yang bertaqwa yang mendapat posisi mulia di sisi Allah SWT.
Kita juga harus saling memberi hadiah, tidak bersikap sombong, berempati
kepada orang lain, menghilangkan buruk sangka kepada orang lain, dan berlaku
baik kepada orang lain seperti kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain.
Wasiat Kelima, "Wa laa tuktsirid
dhahik fa inna katsratad dhahik tumiitul quluub, Janganlah banyak tertawa
karena sesungguhnya perbuatan demikian akan mematikan hati."
Banyak tertawa akan mematikan hati.
Rasul SAW bersabda, "Di antara baiknya Islam seseorang adalah
meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya." (HR. At-Tirmidzi). Apa
yang terjadi ketika seseorang menanti vonis antara hukuman matt atau bebas?
Tentu ia berada dalam posisi harap-harap cemas. Tentu ia akan memohon kepada
Allah agar mendapat keselamatan. Apakah dalam posisi seperti itu ia akan
tertawa terbahak-bahak?
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar