Rabu, 13 Desember 2017

LIMA WASIAT RASUL SAW



Kebutuhan manusia di dunia ini benarnya sangat sederhana. disebut sederhana tentu bukan tanpa alasan. Sumaith bin Ajlan pernah berkata, "Perutmu hanyalah sejengkal, wahai anak Adam. Lalu, bagaimana bisa perut yang sekecil itu membuatmu masuk ke dalam neraka." Pernyataan Sumaith adalah gambaran betapa rakusnya sebagian manusia dalam memenuhi kebutuhan mereka hingga menghalalkan segala cara.
Manusia mendapat sesuatu yang haram bukan lantaran memenuhi kebutuhannya. Ini berawal dari ketamakan yang berujung pada anggapan bahwa rezeki yang haram adalah sebuah keharusan untuk dapat menikmati kehidupan di dunia ini. Akibatnya, perilaku korupsi, mencuri, merampok, mengambil harta yang bukan haknya, menjadi berita sehari-hari.
Di titik kritis inilah dibutuhkan sikap gone ah yang lebih serius. Sifat Bona' ah berarti menerima jatah rezeki dari Allah SWT. yang telah ditentukan jauh sebelum kita dilahirkan. Oleh karena itu, yang menjadi bagian rezeki kita tidak mungkin lepas dari kita. Demikian juga dengan jatah orang lain. Apa pun usaha kita, tidak mungkin bisa kita raih. Rasulullah pernah menawarkan kepada para sahabat tentang amalan `sakti' dalam menjalani kehidupan agar kebaikan lahir mau pun batin menjadi berkah dan berlimpah. Rasulullah SAW bersabda, "Siapakah yang mau mengambil dariku kalimat-kalimat ini, lalu ia amalkan atau ia ajarkan kepada orang yang mau mengamalkannya?"
Abu Hurairah menjawab, "Aku mau, wahai wahai Rasul." Malta Nabi menyentuh tangan Abu Hurairah lalu berkata, (Pertama), "ittaqil mahaarima takun a 'badan naas," jauhilah hal-hal yang haram, maka kamu akan menjadi manusia yang sangat ahli ibadah kepada Allah SWT. Menjauhi perkara haram akan menjadikan diri kita khusyuk dalam melaksanakan ibadah dan amal shalih. Makanan haram yang masuk ke dalam perut kita akan menjadi virus yang merusak konsentrasi kita dalam meraih ridha Allah SWT. Makanan yang haram akan menjerumuskan kita kepada tindakan-tindakan negatif.
Rasululllah SAW bersabda, "....Wahai Ka'ab, daging dan darah yang tumbuh dari barang haram neraka lebih utama..." (HR. At-Tirmidzi).
Banyak sekali manfaat yang didapat dari makanan atau harta yang halal. Harta yang halal akan menentramkan hati, melahirkan kekuatan, membahagiakan keluarga, melahirkan berkah ziyadatul khair (bertambahnya kebaikan), mendapatkan pahala ketika mencarinya, melahirkan kekaguman dan cinta di hati sesama.
Oleh karena itu, agar harta tetap barokah, kita keluarkan hak harta dan berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan mendapatkan harta yang halal. Juga menghindari risywah (suap), riba, selalu bertindak professional, dan mensyukuri apa yang didapat.
Tak pernah kita dengar ceritera orang yang menjaga diri dari harta yang haram karena kuatnya takwa kepada Allah menjadi melarat atau hidup terlunta-lunta. Takwa justru menjadi motivasi yang menguatkan usaha kita dalam menjemput rezeki dari Allah. Orang yang bertakwa, takut kepada yang haram, menghindari diri dari perbuatan curang, akan dibukakan Allah pintu rezeki yang dilimpahi berkah. Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dari setiap kekalutan. Allah SWT berfirman, "Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (Qs. Ath-Thalaq : 4)
Wasiat kedua, "wardha bimaa qosamallaahu laka takun a' badan naas," bersikap relalah terhadap bagian dari Allah, maka kamu akan menjadi manusia yang paling kaya." Dengan kata lain, manusia yang paling kaya adalah yang qana'ah.
Rasulullah saw bersabda, "Di antara penghuni surga itu ada tiga kelompok: Pemimpin yang adil berderma pada saat yang tepat, orang penyayang berhati lembut kepada kerabatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari meminta-minta kepada orang lain." (HR. Muslim). Rasul SAW juga bersabda : "Berbahagialah orang yang masuk Islam dan diberi rezeki lalu diberi kepuasan dengan apa yang ada padanya." (HR. Muslim)
Bagaimana agar kita menjadi orang-orang yang qona'ah? Pertama, berdoa kepada Allah swt agar din tetap qona'ah. Kedua, menghindari sikap rakus atau tamak. Ketiga, menghilangkan sikap dengki atau iri hati pada orang lain. Keempat, bersikap ridha terhadap pemberian Allah Swt. Kelima, bersikap sederhana dalam penggunaan harta atau tidak boros. Keenam, menghindari syuhrah (ingin tampil beda di hadapan orang). Ketujuh, tidak riya ', Kedelapan, selalu membantu sesama dan kesembilan, menyadari keterbatasan.
Wasiat ketiga, "Wa ahsin ilaa jaarika takun mu 'minan, berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka kamu akan menjadi seorang mukmin." Salah satu ciri keimanan yang kuat adalah berbuat baik kepada tetangga. Rasul SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari perbuatannya." (HR. Muslim). Rasul SAW juga bersabda, "Malaikat Jibril berkali-kali memberikan wasiat kepadaku tentang urusan dengan tetangga, hingga aku menyangka bahwa tetangga akan dijadikan ahli waris." (HR. Bukhari Muslim)
Ciri tetangga yang baik adalah beribadah kepada Allah SWT, tidak melakukan pelanggaran agama, tidak menyukai gosip atau menggunjing, selalu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran, bersikap rendah hati, sopan dan santun, serta memberikan perhatian kepada sesama.
Di antara hak-hak tetangga adalah memberinya salam, menghormatinya, memberinya kemudahan dalam segala urusan, melindungi hak-haknya, tidak menyebarkan aib dirinya, menyampaikan nasihat dalam kebaikan, membantu secara materi sesuai kemampuan, mengundangnya sebagai prioritas, dan tidak menyepelekannya.
Wasiat keempat, "Wa ahibba linnaas maa tuhibbu li nafsika takun musliman, cintailah manusia seperti kamu mencintai din sendiri, maka kamu akan menjadi seorang muslim." Mencintai orang lain adalah ciri kebaikan Islam seseorang. Rasul SAW bersabda, "Siapa yang cinta dan benci karena Allah, memberi dan menolak karena Allah, maka ia telah memiliki keimanan yang sempurna." (HR. Abu Dawud)
Cinta akan melahirkan kedamaian, kepeduliaan, perhatian, pembelaan, perlindungan, komitmen, keutuhan, kesetiaan dan persaudaraan. Agar dapat mencintai sesama, kita hendaknya sadar bahwa manusia memiliki kesamaan dalam pandangan Allah SWT. Kita harus yakin bahwa hanya orang yang bertaqwa yang mendapat posisi mulia di sisi Allah SWT. Kita juga harus saling memberi hadiah, tidak bersikap sombong, berempati kepada orang lain, menghilangkan buruk sangka kepada orang lain, dan berlaku baik kepada orang lain seperti kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain.
Wasiat Kelima, "Wa laa tuktsirid dhahik fa inna katsratad dhahik tumiitul quluub, Janganlah banyak tertawa karena sesungguhnya perbuatan demikian akan mematikan hati."
Banyak tertawa akan mematikan hati. Rasul SAW bersabda, "Di antara baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya." (HR. At-Tirmidzi). Apa yang terjadi ketika seseorang menanti vonis antara hukuman matt atau bebas? Tentu ia berada dalam posisi harap-harap cemas. Tentu ia akan memohon kepada Allah agar mendapat keselamatan. Apakah dalam posisi seperti itu ia akan tertawa terbahak-bahak?
Begitulah kehidupan yang sedang kita jalani. Antara husnul khatimah atau su 'ul khatimah, antara masuk azab kubur atau nikmat kubur, antara surga dan neraka, antara timbangan dosa dan pahala. Masihkah kita sanggup tertawa? Abu Ahmad...(*) Dikutip dari majalah Dakwah Islamai Cahaya Nabawiy. Hal 66-68.


Pelindung              : Drs.KH. Abdul Qodir Af.
Penanggungjawab : Dr. M. Thoyib, M.Pd
                                H.Abdul Wahab F. S.P
Penasehat              : Ust. M. Shohih, Ust. Baha’udin
Redaksi                 : Ahmad Muhaimin, M. Wahyudi
Editor                    : Ahmad Syafawi, Sahal Nazar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA WASIAT RASUL SAW

Kebutuhan manusia di dunia ini benarnya sangat sederhana. disebut sederhana tentu bukan tanpa alasan. Sumaith bin Ajla...